Senin, 03 Agustus 2009

Mbah Surip Minta Dikubur di Kampung Artis

Walau asli kelahiran Mojokerto, Mbah Surip ternyata lebih cinta Jakarta. Buktinya, sebelum menghembuskan nafas terakhirnya pada Selasa (4/8), pelantun Tak Gendong itu sempat berpesan kepada salah satu sahabatnya, Tarsan, jika ia kepingin dikebumikan di ibukota saja.

Tarsan yang ditemui di rumah duka di kediaman Mamiek di Jalan Kerja Bakti I, Makassar, Jakarta Timur, Selasa (4/8), menuturkan bahwa wajah Mbah Surip hanya kelihatan pucat, seperti orang sakit biasanya. Ia juga mengaku tidak tahu penyakit yang diderita musisi yang hobi keramas dengan sampo kucing tersebut.

"Yang saya tahu dia cuma kecapekan. Mbah Surip mau dikuburin di keluarga W.S Rendra atau di Kampung Artis. Tapi ya mau di mana saja asalkan di bumi Indonesia," kata Tarsan yang masih berduka.

Menurut Tarsan, sosok Mbah Surip begitu istimewa. Meski sudah meraih kesuksesan, penyanyi yang lahir pada 5 Mei 1949 itu tak pernah neko-neko dan tetap sederhana.

"Kami bangga Indonesia punya sosok seperti Mbah Surip. Semua kaget dan mungkin malaikat aja kaget. Ini ujian bagi keluarga, pokoknya kami merasa kehilangan. Kalau presiden punya wakil, tapi Mbah Surip nggak," sambung personel Srimulat ini. (kpl/ant/boo)


Antara Michael Jackson & Syahidah Marwa al-Sharbini

Antara Michael Jackson & Syahidah Marwa al-Sharbini

Picture (Metafile)

Saya sedih, bukan karena kematian MJ yang dipuja jutaan orang di dunia. Tapi saya sedih, karena pada saat yang sama, berlangsung perkebumian seorang muslimah yang Insya Allah menjadi seorang syahidah karena mempertahankan jilbabnya. Marwa Al-Sharbini, seorang ibu satu anak yang sedang mengandung tiga bulan, syahid akibat ditikam sebanyak 18 kali oleh seorang pemuda Jerman keturunan Rusia yang anti-Islam dan anti-Muslim. Tapi berita ini, sama sekali tidak saya temukan di tv-tv kita , negara yang majaroti penduduknya Muslim, bahkan mungkin, tak banyak dari kita yang tahu akan peristiwa yang menimpa Marwa Al-Sharbini.


Picture (Metafile)

Ribuan orang di Mesir yang mengantar jenazah Marwa Al-Sharbini ke tempat istirihatnya yang terakhir, memang mungkin banyak orang yang menangisi kepergian Michael Jackson. Marwa hanya seorang ibu dan bukan superstar seperti MJ. Tapi kepergian Marwa Al-Sharbini adalah lambang jihad seorang muslim. Marwa Al- Sharbini mempertahankan harga dirinya sebagai seorang Muslimah yang mematuhi ajaran agamanya meski pun untuk itu ia kehilangan nyawanya.

Marwa Al-Sharbini ditikam di ruang sidang kota Dresden, Jerman saat akan memberikan kesaksian atas ancaman terhadapnya . Ia mengadukan sorang pemuda Jerman bernama Alex W yang kerap menyebutnya “teroris” hanya karena ia mengenakan jilbab. Dalam suatu kesempatan, pemuda itu bahkan pernah menyerang Marwa dan berusaha melepas jilbab Muslimah asal Mesir itu. Di persidangan itulah, Alex kembali menyerang Marwa, kali ini ia menikam Marwa Al-Sharbini berkali-kali. Suami Marwa yang berusaha melindungi isterinya, malah terkena tembakan pehak berkuasa keamanan pengadilan yang berdalih tak sengaja menembak suami Marwa yang kini dalam kondisi kritis di rumah sakit Dresden.

Picture (Metafile)

Peristiwa ini sepi dari pemberitaan di media massa Jerman dan mungkin dari pemberitaan media massa asing dunia karena yang menjadi korban adalah seorang muslimah yang dibunuh oleh orang Barat yang anti-Islam dan anti-Muslim. Situasinya mungkin akan berbeda jika yang menjadi korban adalah satu orang Jerman atau orang Barat yang dibunuh oleh seorang ektrimis Islam. Beritanya dipastikan akan gempar dan mendunia.

Itulah sebabnya, mengapa di tv-tv kita cuma sebuk dengan pemberitaan pemakaman Michael Jackson yang mengharu biru itu. Tak ada berita pemakaman Syahidah Marwa Al-Sharbini yang mendapat sebutan “Pahlwan Jilbab”. Tak ada protes dunia Islam atas kematiannya. Tak ada tangisan kaum muslimin dunia untuknya. Tapi tak mengapa Marwa Al-Sharbini, karena engkau akan mendapatkan tempat yang paling mulia di sisiNya ALLAH SWT . Seiring doa dari orang-orang yang mencintaimu. Selamat jalan saudariku, maafkan kami jika kurang peduli …


Temen